Sabtu, 28 November 2015

KERONCONG KITA MUSIK INDONESIA YANG MASIH BERTAHAN DENGAN SEDIKIT REGENERASINYA


Tokoh keroncong kita Indonesia tentu saja merupakan bagian dari dunia musik Indonesia. Mereka, tokoh keroncong kita adalah orang-orang dengan dedikasi tinggi terhadap musik keroncong kita. Memiliki ketertarikan serta keterikatan emosional dengan musik yang selalu dikhaskan dengan masyarakat Jawa.

biola alat musik keroncong kitaKeidentikan musik keroncong kita memang tidak bisa dihindari. Salah satu penyebabnya mungkin dari banyaknya penyanyi keroncong kita atau tokoh keroncong kita yang berdarah Jawa. Entahlah, rasanya penyanyi keroncong kita juga banyak yang berasal dari daerah lain, tapi yang lebih mendapatkan kesempatan mungkin para tokoh keroncong kita dari daerah Jawa.

Ciri khas musik keroncong kita yang mendayu-dayu dan bernada  lembut sepertinya menjadi salah satu faktor yang identik  dan semakin memperkuat kesan musik keroncong kita dengan tokoh keroncong kita berdarah Jawa. Mendengarkan musik keroncong kita , pasti akan langsung membawa kita ke dalam suasana Jawa yang khas.

Keberadaan tokoh keroncong kita  di Indonesia ini belakangan harus diakui mendapatkan sedikit ganjalan. Tertindas oleh kemajuan zaman, musik-musik keroncong kita  perlahan mulai tergeser oleh musik-musik beraliran masa kini. Berbeda ketika dulu musik keroncong kita masih menjadi jenis musik yang masih banyak digemari atau jaman keemasanya keroncong kita .

Meskipun demikian, musik keroncong kita nyatanya masih mempunyai dalam hati para penggemarnya. Acara-acara keroncong kita yang kini sudah tidak begitu banyak terdengar kenyataannya masih saja diminati dan dikunjungi oleh para penggemar   musik keroncong kita. Tokoh keroncong kita masih memiliki tempat  di hati para penggemarnya.

Musik keroncong kita berasal dari Portugis, dan berkembang di Nusantara lewat para pelaut dan budak kapal niaga bangsa tersebut. Di masa penjajahan, musik keroncong kita berkembang pesat dan melahirkan lagu-lagu keroncong kita dengan cita rasa nasionalisme yang kental. Salah satu tokoh keroncong kita  yang terkenal masa itu adalah Ismail Marzuki.

Selanjutnya, musik keroncong kita tetap populer di masa-masa awal kemerdekaan, bahkan terus bertahan hingga beberapa dekade berikutnya. Belakangan ini memang keroncong kita mulai berkurang popularitasnya dibanding musik-musik modern. Tokoh keroncong kita pun perlahan ikut kehilangan pamor. Namun, keroncong kita telah menjadi warna yang unik dalam perkembangan musik tanah air. 

Kamis, 19 November 2015

ASAL MUASAL SEJARAH KERONCONG KITA

Asal-usul Akar keroncong kita berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti
polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai.

   Musik keroncong kita yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.

   Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya grup musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong kita  masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Fado, Gereja Protestan dan Musik Keroncong kita Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong kita masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 - 1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat (budaya Arab) seperti Ayam Den Lapeh.

    Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.

    Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong kita lahir, dan awal ini Musik Keroncong kita juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong kita (lihat Musik Suku Ambon atau The Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng). Alat-alat musik Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo.

    Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong kita yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.

Selasa, 02 September 2014

MUSISI DAN PENYANYI KERONCONG KITA

1. Ismail Marzuki


Musisi keroncong kita pada zaman kemerdekaan Indonesia terkenal dengan lagu keroncong ciptaannya seperti Rayuan Pulau Kelapa, Als de Ovenhedeen Als’t Meis is in de tropen yang hits tidak hanya dikalangan Indonesia akan tetapi Belanda.







2. Gesang Martohartono
Gesang Martohartono
Lagu Bengawan Solo yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing ini seperti menjadi lagu wajib kalangan musisi dan penyanyi keroncong kita. Lagu yang sederhana menceritakan tentang sungai yang mengalir di dua provinsi ini membawa nama Gesang yang tidak bisa membaca not nada ini sebagai musisi terkenal keroncong kita selain itu lagu ciptaan Gesang antara lain Caping Gunung, Pamitan, Jembatan Merah, Pandanwangi dan masih banyak lagi.







3. Waljinah

Penyanyi yang paling banyak menyanyikan lagu ciptaan Gesang ini konsisten sedari awal terjun sebagai penyanyi hingga usia senjanya menyanyikan lagu-lagu keroncong kita seperti walang kekek









4. Sundari Soekotjo

Penyandang gelar doktoral dan juga sebagai pengajar ini konsisten menjadi penyanyi keroncong kita sejak menang festival Keroncong remaja tahun 1978. Sundari adalah salah satu penyanyi istana mulai dari zaman Soeharto sampai SBY.









5. Mus Mulayadi

Pria yang pernah berduet dengan Waljinah ini dijuluki sebagai buaya keroncong kita.

6. Kusbini

Legenda keroncong tidak bisa lepas dari pria yang hidup di Yogyakarta Kusbini, tokoh keroncong kita pada era 1930 sampai 1955 adalah musisi keroncong Indonesia.

7. Kartina Dahari

Penyanyi yang terkenal di radio-radio Malaysia ini penyanyi keroncong kita tahun 1960-an dengan album keroncong rindu yang melambungkan namanya.

8. Krontjong Toegoe

Grup ini berdiri tahun 1925 oleh joseph Quiko yang dulunya bernama Orkes Pusaka Keroncong kita Moresco Toegoe Anno. Krontjong Toegoe membuktikan bahwa musik keroncong tidak hanya milik orang Jawa karena Krontjong Toegoe adalah keroncong kita asli betawi.

9. Sruti Respati

Generasi keroncong kita tidak adanya matinya ditengah gempuran musik modern masih ada anak muda yang tertarik dengan musik keroncong kita  salah satunya Sruti Respati murid dari Waljinah ini konsisten dengan musik keroncong kita dan sinden.

10. Putri Intan Permata Sari

Buah tidak jauh dari pohonnya berlaku untuk Sundari Soekotjo, anaknya Intan Soekotjo meneruskan jejak ibunya menjadi penyanyi keroncong muda kita asal Indonesia.